Sunday, October 6, 2019

Slimming akupuntur

Lebih Langsing dengan Akupunktur Telinga?

Penulis: Unoviana Kartika

KOMPAS.com — Bila usaha menurunkan berat badan Anda tidak kunjung membuahkan hasil yang diinginkan, mungkin Anda bisa mencoba metode akupunktur telinga. Menurut studi baru asal Kyung Hee University di Seoul, Korea, metode tersebut dapat membantu orang dengan kelebihan berat badan untuk menurunkannya dalam waktu delapan minggu.

Akupunktur telinga merupakan metode yang dilakukan dengan cara menusuk jarum sedalam 2 mm di lima titik luar telinga. "Cara itu efektif untuk mengurangi lingkar pinggang karena dapat menekan nafsu makan," ujar ketua studi Sabina Lim dari departemen meridian dan akupunktur di Basic Korean Medical Science Kyung Hee University.

Studi yang dipublikasi dalam jurnal Acupunture in Medicine ini melibatkan 91 peserta yang mengalami kegemukan. Secara acak, peneliti membagi mereka menjadi dua kelompok. Mereka memiliki pola makan yang sama, tetapi satu kelompok menjalani akupunktur telinga, sementara yang lain tidak.

Kelompok yang menjalani akupunktur telinga mengalami penurunan indeks massa tubuh hingga enam persen. Selain itu, kelompok itu juga mengalami penurunan kadar lemak dan memiliki pinggang lebih langsing dibandingkan kelompok lainnya.

Sementara itu, kelompok yang lain diketahui menyerah mengikuti studi lantaran sulit bagi mereka untuk mengendalikan nafsu makan saat asupan dibatasi. Mereka menyerah sebelum studi mencapai minggu kedelapan.

Akupunktur telinga yang dikenal sebagai terapi akupunktur auricular awalnya digunakan oleh dokter Paul Nogier di Perancis pada tahun 1956 untuk menyembuhkan nyeri punggung. Metode tersebut didasari oleh fakta bahwa telinga yang "mewakili" seluruh bagian tubuh.

Di Inggris, akupunktur berasal dari terapi tradisional di China dengan menggunakan jarum yang ditusuk ke bagian tubuh tertentu untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Proses tersebut sebenarnya merupakan stimulasi elektro untuk meningkatkan sekresi endorfin, pereda nyeri alami tubuh.

Studi sebelumnya menunjukkan, metode akupunktur telinga dapat meningkatkan laju metabolisme, mengubah hormon, dan menekan nafsu makan dengan merangsang sekresi pereda nyeri alami.


©2019 PT. Kompas Cyber Media


Insomnia

Insomnia? Terapi Akupunktur Bisa Bantu Mengatasinya

Minggu, 6 Oktober 2019 | 12:05 WIB

KOMPAS.com - Gangguan tidur seperti insomnia banyak dialami masyarakat. Padahal dalam sehari dibutuhkan tidur selama delapan jam untuk menjaga kebugaran tubuh.

Meski tidur menjadi kebutuhan harian tubuh, nyatanya bagi sebagian orang, tidur terutama pada malam hari bahkan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Terutama bagi orang yang lanjut usia (geriatri).

Menurut Diagnostic and Statically Manual of Mental Disorder, yang dimaksud insomnia adalah ketidakpuasan atas kualitas atau kuantitas tidur yang berhubungan dengan satu atau lebih gejala.

Seperti dilansir dari HealthFirst, Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), gejala insomnia antara lain sulit untuk memulai tidur, sulit mempertahankan tidur atau sering terbangun, mudah terbangun pada dini hari, lalu sulit untuk kembali tidur.

Namun, dikatakan oleh dokter spesialis akupunktur klinik RSPI, dr Dwi Rachma Helianti, SpAk, bahwa yang sering ditekankan pada kasus insomnia adalah rasa ketidakpuasan dalam tidur.

"Ketidakpuasan itu bukanlah pada durasi atau lamanya bisa tertidur atau tidak, melainkan lebih kepada hal yang terjadi di luar kendali orang tersebut," kata Dwi.

Jika dibiarkan terjadi dalam jangka panjang, insomnia dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
1. Menurunkan ambang nyeri.
2. Meningkatkan rangsang simpatis (pasien selalu dalam kondisi sigap).
3. Meningkatkan tekanan darah.
4. Depresi, walau tidak selalu terjadi.

Penyebab insomnia

Faktor penyebab gangguan tidur atau insomnia pada orang lanjut usia biasanya karena faktor hormonal dan psikologis.

Pada tubuh manusia terdapat hormon yang disebut melatonin. Hormon ini diproduksi di otak dan berfungsi untuk menimbulkan rasa kantuk, lalu tertidur.

Jumlah hormon pada tubuh setiap orang tidaklah sama. Volume hormon ini tertinggi pada usia bayi, lalu berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

"Dan pada manula atau usia lanjut, jumlah hormon ini jadi sangat berkurang sehingga menimbulkan efek sulit merasa kantuk," ujar Dwi.

Faktor psikologis juga bisa menjadi penyebab insomnia ini. Seperti depresi, kejadian yang tidak menyenangkan, atau beban pikiran lainnya.

"Orang lanjut usia sangat sensitif. Kejadian kecil yang dialami dapat memberikan beragam efek, termasuk insomnia. Nah, insomnia yang terjadi karena faktor psikologis memerlukan penanganan psikolog atau psikiater," katanya.

Tidak hanya itu, faktor penyebab insomnia lainnya juga bisa berasal dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kopi, dan lainnya.

Lalu bagaimana mengatasi kasus insomnia?

Dwi menyarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter perihal kasus insomnia yang diderita. Selain itu, salah satu pengobatan untuk mengatasi insomnia tersebut bisa dengan melakukan terapi akupunktur.

Terapi Akupunktur

Orang yang mengalami susah tidur atau insomnia pada umumnya diberikan obat penenang untuk membantu merasa rileks sehingga mudah tidur.

Namun dengan pengembangan dari berbagai penelitian, akupunktur medik kini dapat dimanfaatkan untuk menangani berbagai gangguan kesehatan, termasuk insomnia.

Terapi akupunktur untuk insomnia terbilang aman karena terbukti meningkatkan produksi melatonin dan tidak menggunakan obat 9bahkan dapat menurunkan dosis penggunaan obat yang dikonsumsi pasien).

Baca juga: Benarkah Akupunktur Tingkatkan Kesuburan Pria?

Tingkat keamanan akupunktur didukung dengan berbagai jenis media yang dapat digunakan.

Saat ini, kata Dwi, akupunktur dapat menggunakan media berupa jarum, laser, benang, akupressur (tekanan dengan jari) dan lainnya. Pasien dengan alergi terhadap logam dapat menggunakan media selain jarum.

Penggunaan jarum juga dihindari bagi pasien yang daya tahan tubuhnya sedang menurun, karena dikhawatirkan luka yang terjadi saat terapi dapat menjadi akses masuk bagi bakteri atau virus.

Baca juga: Lebih Langsing dengan Akupunktur Telinga?

Selain itu, pasien dengan riwayat kejang atau epilepsi sebaiknya menghindari terapi akupunktur dengan media laser.

"Yang perlu diketahui, karena hanya memanfaatkan tubuh dari terapi akunktur dapat berbeda pada setiap orang,"ujarnya.

Meski secara umumnya, efek terapi akupunktur dapat terasa sejak terapi pertama. Sementara untuk kasus insomnia, biasanya memerlukan terapi sebanyak 10-12 kali sesi terapi, dengan penyesuaian terhadap perkembangan pasien selama terapi dilakukan.

Efek dari terapi akupunktur ini juga dapat bertahan di tubuh pasien meski sudah tidak diberikan rangkasan dari media terapi.

"Dengan efek yang bertahan setelah usainya terapi akupunktur ini, diharapkan dapat membentuk pola tidur yang baik pada pasien, sehingga gangguan tidur tidak kembali berulang," katanya.

TAG:

Insomnia? Terapi Akupunktur Bisa Bantu Mengatasinya

©2019 PT. Kompas Cyber Media